Sunday, April 9, 2017

MUNAFIK

"Kenapa kamu harus mengakhirinya seperti ini..."
ahh...kata-kata itu jika hanya dibaca, serasa seperti dia bersedih. Suara Nita memang terdengar lembut dan halus, ada ketenangan yang selalu didambakan orang untuk berada di sisinya ketika dia berbicara. wujud dan tuturnya seolah sempurna. senyumnya selalu menggetarkan para lelaki. lebar dan selalu terlihat basah..
ahhh.. tapi tahukah, apa yang diucapkannya tadi begitu berbeda dengan tutur dia yang biasa. nada suara itu begitu datar dan hanya terdengar ucapan yang dikatanya bagai sebuah rangkaian kata. bagai dialog yang diucapkan oleh pementas yang terlalu amatir.
"Sundal!!!" sahut Rianda setengah mengejek. "Siapa yang ingin kau bohongi disini! tidak ada orang yang perlu kau sandiwarai dengan topeng simpatikmu!"
Nita hanya mengangkat bahu dan terus memandang tertunduk.
"Setidaknya kita mencoba untuk memperlihatkan simpatik kita pada Anita, dia begitu memuja lelaki ini." ucap Nita manis. matanya tidak berpindah dari tubuh lelaki yang terbaring di hadapannya.
 sebentar di telengkannya kepalanya memandang dari sisi lain lelaki di hadapannya. di majukannya kepalanya mendekat dengan wajah lelaki itu. tangan kanannya bergerak mengusap dahi hingga rambut lelaki itu. usapan yang penuh kasih jika saja mata yang memandang lelaki itu tidak terlihat kosong.
"sayang sekali wajah tampan ini..." senyum itu tertarik lembut namun mengisyaratkan bengis. "hoh...kita benar-benar gila oleh cinta palsunya."
Nita beregerak semakin mendekat ke wajah lelaki itu. dia kembali mengusap untuk kedua kalianya kening lekaki itu. tetapi sekarang jemarinya tidak sebersih tadi. ada cairan merah yang menempel di setiap jemarinya. digerakkannya jemarinya di kening lelaki itu dan membentuk huruf R U D I. perlahan dia mencium kening itu.
"Bodoh!!" apa kamu masih mencintainya??!!!" kata Rianda geram.
"Apa kamu tidak?" tatapan Nita menyipit meremehkan. "Seperti yang kamu bilang, siapa yang ingin kamu bohongi di sini..." Nita tersenyum kecil. merasa menang ketika mampu membuat wajah Rianda cemberut. terdiam tanpa bisa menjawab.

No comments: