Sunday, April 9, 2017

AKU MENCINTAIMU

Aku sangat mencintainya..
Begitu mencintainya...

Oh Tuhan... Betapa aku menjadi lelaki yang sangat bahagia ketika dia menerima lamaranku. Dia gadis yang tercantik dikotaku, menerima aku yang hanya lelaki biasa, lelaki yang hanya mampu memberikan kehidupan sederhana untuknya. Tapi dia menerimaku dengan senyuman tulus yang lebar. Tidak mungkin aku salah lihat aura bahagianya

Betapa aku sangat bahagia..
Hidup bersamanya adalah karunia yang terindah yang pernah ada. Dia istri yang sempurna. Kebaikan seorang wanita dia punya. Melayaniku. Begitu mengabdi padaku. Iya, aku... Aku yang tak pernah mampu membayangkan dulu bisa bersamanya.

Sudah kah aku mengatakan betapa aku mencintainya??
Rasanya ungkapan itu tidak berhenti ingin ku teriakan. Tapi mengapa orang-orang mulai menyebarkan fitnah tentangnya.
Mereka mulai nyinyir mengatakan , kecantikan istriku adalah sebuah maut.
Keindahan istriku semu.
Pesonanya hanya bualan.
Keluargaku pun mulai menyampaikan hal yang mengerikan tentangnya.
Dia wanita iblis!!
Persetan dengan mereka!!

Aku mencintainya, semua orang hanya tidak bahagia dengan kesempurnaan hidupku. Istriku menerima aku yang biasa, sedang dia seperti bidadari.
Aku siap menjauhkan semua orang dari hidupku. Yang mengganggu rumah tangga kami. Biar kami menyepi. Hanya ada kami berdua.

Malam ini aku terbangun dengan perasaan kacau. Entah mengapa.. Mimpi buruk. Semakin panik ketika aku tidak melihat istriku disampingku.
Hampir histeris tapi aku berusaha tenang.
Aku bangkit mencarinya. Mungkin saja dia di dapur, kehausan.. Atau sedang tidak bisa tidur.

Lampu ruang tamu ku nyalakan, mataku masih berusaha terbiasa dengan terang. Ku lirik jam dinding, waktu menunjukkan jam 3 pagi. Aku memanggil istriku lirih, tidak ada jawaban. Berjalan menuju dapur yang gelap..

Tidak ada istriku disana.
Panik.
Seluruh tubuhku sudah dipaksa siaga. Mencarinya.
Setengah berlari aku kembali ke ruang tamu. Memanggilnya yang hanya di jawab kesunyian.
Berlari aku menuju pintu keluar namun langkahku terhenti dan tiba-tiba roboh. Aku merasa seluruh aliran darahku berhenti.

Ada rasa tidak percaya. Ada air mata yang menetes begitu saja. Bibirku bergetar menahan gaguku.

Aku mengenali tubuh sempurna itu yang telah lima tahun menemani hidupku. Hanya tubuh tanpa kepala. Tegak kaku di sudut dinding dan pintu rumah.

Entah seberapa lama aku tidak mampu mengangkat tubuhku. Entah aku bergerak apakah dengan kesadaranku. Tapi aku sudah meletakkan banyak beling di penggalan leher itu.

Aku terduduk di lantai di hadapan tubuh itu. Memandangnya.. Menunggu.. Putus asa.. Sampai sinar merah menerangi rumahku. Pusat cahayanya bergerak menuju tubuh istriku. Semakin lama makin redup dan sirna. Istriku kembali utuh.

Aku menyaksikan tubuh istriku terhuyung, tangannya memegang lehernya. Matanya terbelalak lebar. Dia mengerang kesakitan. Ambruk dan terjatuh di hadapanku yang tidak disadarinya berada di depannya.

Aku sangat sangat mencintaimu istriku. Kamu karunia yang teramat hebat untukku.

Aku meraung sejadi-jadinya sambil memeluk tubuhnya yang telah menyatu kembali dengan kepalanya. Dia sekarang kaku dipelukkanku. Ada darah disudut bibirnya.

Raungan dan air mataku belum terhenti ketika kokok ayam pertama bernunyi.

Sungguh aku mencintaimu cintaku. Tapi sudah cukup hidupmu seperti itu

5 comments:

Virlyana Rahman said...

holor ah...

Lia Soeparno said...

Ebuseett dia memulai cerita dengan horooorrr ������

Mentari Yousof said...

Tuh pan! Gw dah curiga! Sdh bacanya jam segini lagi. Hedeeh

Winda Jubaidah said...

Kuyang nyah ? #kucek2 mata 😱😱😱

Santi SJ said...

Setdaahh...awalnya manis, ujung2nya horroorrrr